Mungkin ada beberapa hal yang orang lain katakan yang merupakan jawaban atas mengapa kok bisa sekompak ini dibanding dengan sektor lainnya:
Range umur yang tidak jauh
Warga Setkor 6 memang sebagian besar berumur di 30 tahunan - 40 tahunan. Memang range yang tidak terlalu jauh, dan ini juga terjadi di sektor lainnya, karena memang GKI Depok ini adalah gereja yang pertumbuhan jemaatnya lumayan pesat yang diisi oleh warga-warga baru yang masih keluarga muda. Jadi hal ini tidak hanya terjadi di sektor 6 tetapi juga di sektor lainnya
Selain itu ada juga satu hal yang mungkin bisa dibilang anomali, di mana di sektor lain menjadi suatu tantangan (kalau tidak bisa dibilang titik kelemahan), yaitu:
Jarak lokasi tempat tinggal antar warga
Kondisi geografis sektor 6 yang sangat jauh antara satu sama lain, ada yang di Depok Timur, Grand Depok City, Cimanggis, Kampung Serab, Cibinong, bahkan sampai ke Cibubur Kota Lengenda, Sentul City dan paling jauh di Jonggol. Hal itu sangat berbeda apabila kita melihat di sektor lain di mana ada beberapa yang letaknya saling berdekatan seperti Sektor 1 (depok lama dan citayam) Sektor 2 (kampung baru dan sawangan), sektor 3 (perumnas depok satu dan depok utara), sektor 4 (Komplek Pesona Depok dan Pesona Kahyangan), sektor 5 (Sekitar Depok Dua). Adalah hal yang wajar jika keadaan ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penguru sektor untuk mengumpulkan warganya untuk bisa berpartisipasi dalam setiap kegiatan sektor. Dan bagi sektor 6 hal keadaan ini justru menjadi suatu kekuatan tersendiri di mana warga malah semakin bisa berkumpul walaupun lokasi berjauhan
Pengaturan jadwal tempat ibadah
Pengaturan tempat ibadah di rumah-rumah warga terkadang juga menjadi suatu kendala, diantaranya:
1. Warga belum mau ketempatan
2. Kalau ketempatan di rumah warga yang jarang datang atau warga baru biasanya yang hadir sedikit
Dan lagi-lagi hal ini bisa dirubah menjadi suatu nilai kekuatan bagi sektor 6. Hampir setiap warga mau rumahnya ketempatan untuk tempat ibadah jika pengurus meminta, baik warga yang rumahnya besar dan mudah dijangkau maupun warga yang rumahnya kecil, sangat sederhana dan sulit dijangkau sudah pernah ketempatan. Jika rumahnya jauh maka pengurus mengatur setiap warga yang punya kendaraan untuk menjemput keluarga yang tidak ada kendaraan, lalu sama-sama kumpul di suatu tempat untuk sama-sama konvoi bersama ke rumah yang jadi tempat ibadah. Contohnya sektor 6 pernah mengadakan ibadah di keluarga yang sangat jauh:
- Kel, Eko Budiharto (Cibubur dekat Kota Legenda)
- Kel. Reza Hubner / Ny. Widya (Sentul City - Bogor)
- Kel. Maloedyn Sitanggang / Ny. Umiarsih (Citra Raya - Jonggol)
- Kel. Jeffry Limantra / Ny. Flora Nainggolan (Billabong - Bogor)
Jika ketempatan di rumah oarang yang jarang hadir ataupun orang baru tetap yang hadir bisa banyak.
Nama-nama di atas adalah warga yang selain rumahnya jauh juga jarang hadir tetapi yang hadir bisa sampai 6 mobil beriringan atau sekira 30 - 40 orang.
Tetapi yang penulis alami selama bergabung di sektor 6 dan juga menjadi saksi atas terbentuknya kegiatan sektor 6 secara mandiri (lepas dari ketergantungan dengan sektor 5), yaitu:
Warga yang mau diatur
Untuk mau diatur bukanlah perkara yang mudah. Terlihat mudah tapi dalam kenyataannya hal ini adalah hal yang sangat sulit karena setiap orang mempunyai sifat, karakter dan status yang berbeda. Tetapi ternyata ini adalah salah satu ciri dari sebagian besar warga sektor 6, baik yang keluarga muda maupun yang sudah oma-opa atau opung-opung. Mereka semua mau diatur. Dari sejak kepengurusan bapak Irawan Sihombing, Bapak Wirawan, Bapak Maryanto maupun Bapak Tri Ubaya tidak ada perubahan. Semua warga tetap mau diatur oleh pengurus untuk bisa terlibat dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan sektor 6, diantaranya: Ikut ibadah sektor, ikut lomba nyanyi dan tari, ikut masak-masak, ikut jalan-jalan dan lain-lain. Sebagian besar warga sektor 6 bisa membaur satu sama lain, tidak ada jaga image, tidak ada yang minder oleh karena status sosial dan lain-lain. Sektor 6 belajar untuk selalu menghormati siapapun pemimpinnya yang telah dipilih oleh warga sektor 6.
Waktu ibadah sektor
Sebelumnya ibadah sektor 6 selalu digabung dengan sektor 5 di setiap rabu malam. Sampai akhirnya berawal dari ibadah natal 2007 di rumah Pak Sagala semua sepakat untuk bisa ibadah mandiri, lepas dari ketergantungan dengan sektor 5 dan waktu ibadah diubah ke Sabtu malam, maka semakin banyak warga yang bisa hadir di ibadah karena sebagian besar adalah para pekerja yang commuter sari senin-jumat dan selalu pulang malam sehingga ketika sabtu malam mereka bisa menyisihkan waktunya untuk berkumpul dan beribadah bersama
Akankah hal ini membuat warga sektor 6 puas diri? Akhir-akhir ini pengurus berdasarkan masukan dari warga merasa ingin membantu sektor lain terutama yang tingkat partisipasinya sedikit, untuk bisa membantu agar kehadirannya bisa banyak seperti sektor 6. Pertama proyek ini ditujukan ke sektor 3 dengan cara bersama-sama menghadiri ibadah sektor 3 selama beberapa waktu sampai nantinya dilihat sudah ada peningkatan jumlah kehadiran jemaat sektor 3 maka proyek ini akan beralih ke sektor lainnya.
Penggilan kepada jemaat lain
Jemaat sektor 6 sebagian besar memanggil yang lainnya dengan sebutan abang, kakak, mas, mas bro, opung, mbah. Sedikit sekali yang memanggil bapak atau ibu. Dengan panggilan abang atau kakak atau opung ternyata tanpa terasa membuat suasana jadi lebih santai, lebih dekat, serasa seperti keluarga.
Tulisan ini bukan semata ingin meninggikan sektor 6. Sama sekali tidak.
Tetapi dari tulisan ini sektor 6 ingin memberikan sedikit gambaran bagi jemaat lainnya dan mungkin bisa menjadi bahan pembelajaran. Biarlah kita bisa bersama-sama bersekutu dan saling membangun dan saling menguatkan di dalam kehidupan berjemaat antar sesama maupun kepada Tuhan. Amin
Pembubaran Panitia Ibadah Kreatif @Hambalang |
Tea Walk Sektor 2, 5, 6 @kebun teh puncak |
Tea Walk Sektor 2, 5, 6 |
Ibadah HUT RI |
NoBar World Cup @rumah Anthony Siregar |
NoBar World Cup |